tubuhku merindukan tubuh
yang pensiun mengukur panjang bidang
di antara kehilangan kemauan
& kehilangan ketidakmauan,
tubuh yang tidak terombang-ambing
bimbang di antara hal-hal yang diri kita
lakukan di dalam kegelapan & hal-hal
yang dilakukan kegelapan di dalam diri kita;
pengeras suara yang melontarkan
batu-batu api dari leher tercekik;
kata-kata yang tidak mati sehabis bercahaya
di mata pembaca, nama-nama yang tetap
berdenyut setelah berabad-abad dilupakan;
akar & ranting lentur
menuju kebebasan paling mekar—
lebih sekarang daripada sekarang,
lebih segera daripada segera;
masa depan
yang menghancurkan masa kini
demi menciptakan ulang masa lalu
yang belum pernah terjadi;
kekuatan pasang surut bagi air tenang;
penolakan paling runcing
di jantung kehendak musuh;
kelembutan yang tidak pernah
kita berikan kepada diri kita sendiri—
lebih lembut dari warna bola-bola kamper
di toilet rumah sakit swasta, atau hutan bunga
tumbuh dari puing-puing reruntuhan kota;
ketidakmungkinan
yang membuktikan pikiran kita keliru—
seperti seuntai gelang di lengan gadis kecil
mengubah tenda pengungsian menjadi planetarium;
keabadian
di antara telapak terbuka & tangan terkepal;
sajak cinta yang panjang
& tidak menyesal—ah, andai saja
aku bisa melihat semua manusia
semulia pepohonan;
bejana penuh cahaya
penyembuhan kolektif;
kita—
jarak terhapus
di antara kehilangan ketidakmampuan
& kehilangan kemampuan—
seolah segala sesuatu telah lelah
menatap kita sebagai mata senjata,
seolah selepas huruf terakhir puisi ini
kita semua bebas dari hukuman mati