aku mengingat nenek,
aku memikirkan: obor, setapak
di belakang rumah, timba
di sumur bergoyang ingin
menyentuh muka air,
& kaki-kaki telanjang.
aku mengingat nenek,
aku memikirkan: dunia
yang hilang.
ini lampu 1000 warna.
itu mobil tanpa sopir.
ini remote control
untuk menyalakan air
& udara. itu pesawat
akan segera berangkat
ke planet baru.
tidak ada lagi yang mendongeng.
kedipan layar telah menggantikan
nenek. teknik-teknik bercerita tidak
bisa dibedakan dengan cara-cara
ajaib mengiklankan barang impor
yang menginginkan kita.
aku tidak tahu mesti lewat
mana, tetapi aku harus sampai
pada kelembutan nenek,
& semua napas cerita
yang memejamkan mataku
& cahaya suram obor.
bukankah kita memiliki awan
yang sama, & bintang yang sama,
&, jika kita memikirkannya sedikit
lebih lama, malam yang sama?
orang-orang kantoran juga
menyukai cinta. & di antara kelelahan
& kertas berantakan yang mengotori
diri mereka tiap hari, ada lembaran-
lembaran kosong mimpi disimpan
dengan hati-hati, sobekan kelembutan
yang tidur dalam kesendirian.
aku ingin bernyanyi suatu hari nanti
tentang kemiskinan dunia yang megah ini,
nostalgia atas hal-hal sentimentil ini,
tentang jalan tol menuju hari depan
& bahasa pohon-pohon tumbang—
tetapi bukankah kita tidak mesti
menderita untuk bisa bernyanyi?
3 Comments
1 more comment...No posts
Hola, Kak Aan Mansyur.
Tepat kemarin adalah peringatan 1000 hari meninggalnya nenekku. Pagi ini sebelum bekerja aku menangis di kamar mandi mengingat kasih sayangnya yang hingga hari ini masih berbekas di benakku. Lalu tiba-tiba sore ini datang surel berisi puisi yang benar-benar tepat seperti yang kurasakan. Thank you for writing a such heartwarming poem that sucessfully makes me crying again in my office desk. Once again, thank you.
Apa ini yang dikatakan 'di waktu yang tepat'. Baru saja kemarin, nenek pergi secara mendadak. Ingat, terakhir pertemuan, nenek membantu membuat nastar dengan sabarnya. Satu-satunya manusia yang memanggil nama anakku 'Prana', meskipun dunia memanggil anakku 'Dipa'. Nenek selalu punya cara yang berbeda untuk menghangatkan keluarga. Surel ini datang, terima kasih Kak Aan yang selalu menjadi inspirasiku menulis. Puisi yang berhasil membasuh wajahku pagi ini :)