membayangkan kematian indah seorang penguasa
saat dia sekarat, maut
menceritakan kepadanya
lelucon terbaik yang pernah
dia dengarkan,
lelucon yang sempurna
mencintai selera humornya
yang menyedihkan,
dia tertawa dan tertawa
dan tertawa selama sisa
kekekalan—
dan kelak, ketika entah siapa
begitu kejam mengubah malam
jadi pisau, getar gema tawanya
meringankan batu hidup
di bahu kami,
cahaya adalah mata kami
kembali,
harapan bukan lagi
hal paling besar yang kami
miliki.