keputusasaan, beri kami pintu
hati kami telah terlalu hancur untuk bisa hancur lagi
dunia & semua yang kami kasihi satu demi satu bersalin
menjadi nama lain ketidakmungkinan
kami merasa tidak pantas disentuh tangan cinta—& iman
sungguh-sungguh rapuh!
nasib baik cuma mampir dari hampir ke hampir
kami sungguh telah lelah
bahkan dengan kehidupan berikutnya
tidak ada tempat bersedia menampung kami
tidak ada, selain keputusasaan
keputusasaan, keputusasaan
kami bayangkan kau surga
penuh keindahan & penerimaan;
pengungsian terakhir;
tempat kami berharap tiada apa pun lagi bisa menemukan
kami dengan cara yang sama termasuk rasa sakit paling lembut;
lubuk paling lubuk;
di luar jangkau jarak & waktu;
kedalaman tempat kami menyelam meninggalkan
tubuh yang masih kami huni susah payah;
alamat yang kami tuju ketika kami tidak lagi
bisa memiliki rumah di dunia,
dunia
tempat kami akhirnya menyadari:
kami tidak pernah berhak mendapatkan rumah
sejak semula—
keputusasaan, keputusasaan
beri kami pintu
atau limpahi kami perihal lain:
perih cuaca & musim lain;
aroma kehidupan & kemurungan lain;
kesedihan berbeda, kesedihan yang bisa
berubah jadi hamparan tanah subur;
jendela & langit malam berbeda;
ingatan berbeda—mohon,
sekali ini: ingatan yang jauh lebih kuat
& bukan wajah orang-orang mati
keputusasaan, keputusasaan
beri kami pintu tertutup
atau langkah pertama
menjauh dari seruanmu
atau suara jernih
bersih dari godaan untuk padam
& diam di dalam rasa aman
atau ulurkan tangan
cahayamu untuk membantu kami
menyusun jantung abu ini
di dada kami kembali
*