pada mulanya, kerinduan.
waktu melingkar seperti cincin kawin
ibuku yang hilang di rumah gadai.
fakta: aku tidak pernah dan tidak ingin
mendengar ibuku menangis.
fakta lain: tangis rahasia ibuku
menampung semua suara yang tidak
dan bisa aku bayangkan.
fakta: mata matang ibuku
menghasilkan biji-bijian
sepanjang waktu.
fakta lain: air hidup di kaki gunung,
lautan sebelum tenggelam di tumpukan
plastik dan harus belajar berenang lagi,
juga rapuh pohon diriku. semuanya
tumbuh dari biji-biji itu.
tidak ada kebijaksanaan
di sini. hanya sehela napasku.
dan, selanjutnya.
fakta: sekolah tidak pernah
mengajari kita cara memaafkan.
fakta lain: aku membenci ayahku,
sebelum ibuku bilang, “kehidupan
meminjam ayahmu dan lupa
mengembalikannya.”
banyak hal mengenai ibuku hanya
mampu aku pahami dengan bahasa
ibu. apakah kehilangan bahasa ibu
berarti memiliki lidah yatim piatu?
krisis iklim; kecemasan dan trauma;
anticipatory grief—duka mendalam
di masa kini atas apa yang akan terjadi
di masa depan.
cara paling mudah:
bayangkan kematian ibumu
sebelum kematian ibumu.
aku belajar memakamkan ibuku
setiap hari, tetapi aku lebih fasih
memakamkan diriku sendiri.
sebelum seorang lain memberi tahu,
aku tahu aku terlalu banyak menulis
puisi tentang ibuku.
pengakuan: terlalu banyak puisi ibu
sama dengan tidak pernah cukup.
pengakuan lain: aku membaca puisi
puisi tentang ibuku bahkan sebelum
aku mengenal aksara.
pengakuan lain: jika aku mati setelah
menulis puisi ini, puisi ini bukan puisi
terakhir tentang ibuku.
pada mulanya, kerinduan—dan,
pada akhirnya.